Punahnya Tuntung Di Sungai Barumun
Posted by Kotapinang pada Januari 24, 2011
Punahnya Tuntung Di Sungai Barumun
Oleh: Deni Syafrizal Daulay
TAHUN 1970-an sungai Barumun di Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) terkenal dengan pasir Tuntungnya. Pasir Tuntung merupakan gundukan pasir yang muncul kepermukaan saat air sungai surut. Dinakaman pasir Tuntung karena ratusan tuntung (sejenis kura-kura,red) hidup dan menyimpan ribuan telurnya di hamparan pasir tersebut. Namun kini tuntung-tuntung itu telah punah, sekarang tak sebutir pun telur tuntung yang dapat ditemukan di sungai Barumun.
Munculnya gundukan pasir di sungai Barumun dalam sebulan terakhir hanya dijadikan sarana hiburan dadakan oleh warga sekitar. Padahal dulunya, setiap kemunculan pasir, kawasan itu berubah jadi kawasan terlarang untuk dimasuki sembarang orang. Sebab ratusan tuntung akan bertelur dan menanamnya di dalam pasir. Menjelang pagi, barulah warga sekitar barumun menggali pasir tersebut untuk mengambil telur-telur tuntung.
Namun kini tradisi berburu telur tuntung itu telah tiada. Tuntung yang dulu banyak di Sungai Barumun telah punah. “Dulunya kawasan ini adalah tempat perburuan tuntung, setiap kemunculan pasir jadi berkah bagi warga,” kata Imam Parapat, 53, warga Jalan Labuhan Lama kepada Waspada, Senin (8/11).
Menurutnya, tungtung merupakan sebutan masyarakat setempat terhadap sejenis penyu yang ukurannya lebih besar dari penyu biasa. Ukuran telurnya pun sebesar telur bebek sedangkan penyu biasa telurnya sebesar bola pingpong.
Penyu tersebut dulunya banyak hidup di sepanjang daerah aliran sungai Barumun yang berpasir di Kabupaten Labusel, namun kini hewan langka tersebut benar-benar sangat sulit ditemui. “Kayak sekarang ini, meski sudah ada pasir Tuntung tak terlihat,” katanya.
Diceritakan, dulunya, ketika pasir sudah terlihat, setiap malam hari warga sekitar Barumun meletakkan bendera di atas sejumlah penjuru pasir tersebut. Bendera itu merupakan pertanda kalau pasir yang berada di sekitar bendera telah ada yang punya. Jika tuntung nantinya bertelur di tempat itu, maka pemiliknya adalah pemilik bendera. Kawasan tersebut pun dijaga oleh sejumlah pemuda kampung, agar tak ada pencuri yang masuk.
Menjelang pagi biasanya tuntung telah selesai bertelur dan menimbunnya di dalam pasir. Tanpa tanya, warga segera mengorek isi pasir. Diameter 12 cm di pasir terasa lembut, itulah sarang telur tuntung. Sedalam 15 cm korekan bola-bola putih lonjong mulai tampak. Persis seperti telur penyu, hanya saja telur tuntung bentuknya sedikit lonjong sedangkan telur penyu mirip bola pingpong jika tidak berisi embrio. Jumlah yang di dapat bukan tanggung bisa mencapai ribuan. Setiap pemilik bendera kemudian dibagi rata setelah menyisihkan bagian Kepala Desa dan Camat.
Umaruddin tokoh masyarakat di tempat itu mengatakan, telur tuntung dulu pernah dijadikan cedramata khas dari Kotapinang. Namun sejak akhir era 1980-an, hewan bertelur itu hilang dan satu butir telurnya pun sulit ditemui. “Dulu kalau orang ke Kotapinang yang dicari itu telur tuntung untuk oleh-oleh,” katanya.
Belakangan kata dia, banyak warga yang justru memburu tuntung untuk dijadikan makanan. Karena konon katanya, daging tuntung tersebut lembut. Itulah menurutnya pemicu punahnya tuntung di sungai Barumun. Kondisi itu tambahnya, diperparah dengan rusaknya ekosistem lingkungan di sekitar Barumun akibat masuknya limbah pabrik yang beroperasi di sekitar sungai. “Udah nggak ada lagi tuntung, bahkan wujud tuntung pun saya sudah lupa,” katanya. (*)
Sumber: Harian Waspada
This entry was posted on Januari 24, 2011 pada 4:44 am and is filed under Sungai Barumun. Dengan kaitkata: Punahnya Tuntung Di Sungai Barumun. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, atau trackback from your own site.
amrie said
Baru tau crita ttg tuntung ini, hebat ah sobat yg dapt crita ini…. brarti itu alasannya knapa dulu wktu anak2 orang2 snang klo musim pasir ya……
Kotapinang said
Hehehe! Yup!
rudi said
sayang sekali memang,awak cumak dapat beritanya saja, tapi tak pernah nyicipi tolor tuntungnya….aku dulu waktu kecil sering mandi di pasir binje (dibawah jembatan Barumun sekarang) sambil ngorek-ngorek pasir, siapa tau ada tolor tuntungnya….
Kotapinang said
Hehehe!!! Emang benar! Sekarang Tuntung tinggal cerita saja!
priska dewi said
klo ingat telur tuntung…..ingat pameran di istana maimun di tahun 80 an yg salah satu pesertanya dr kabupaten labuhanbatu selatan…..menampil hewan penyu yang sdh diair keras….bersama telur tuntung yang baru…..
namanya anak2 dan suka makan telur tuntung….aku dan saudara2 pada ambil telur tuntung yang dipamerkan…hehehehh
Kotapinang said
@Priska: hehehehe!! Pantes telur tuntungnya abis!!!